Spirituality

Empath dan Indigo, Adakah Perbedaannya?

Banyak orang yang bertanya kepada saya mengenai perbedaan antara empath dan indigo sebab keduanya seringkali disamakan, terutama dalam hal memiliki empati yang tinggi serta sensitivitas dalam melihat, membaca, dan merasakan energi-energi halus yang belum tentu bisa dirasakan oleh orang-orang normal pada umumnya, dan nggak bisa juga dilihat dengan mata telanjang.

Menurut opini saya, pada dasarnya sebenarnya empath dan indigo itu sama, yang membedakan hanyalah istilah empath lebih sering digunakan oleh orang luar negeri, sedangkan istilah indigo ya penyebutan dari orang-orang sini aja. Alasannya, sebab indigo sebenarnya adalah warna aura — alias warna nila yaitu gabungan dari spektrum warna biru dan ungu — dan bukanlah kemampuan indera keenam dari seseorang. Intinya, kesalahkaprahan yang dibiarkan menjadi lazim, terutama oleh orang-orang Indonesia yang masih menggemari hal-hal yang berbau klenik dan supranatural.

Sekadar cerita, saya punya teman orang Spanyol dan orang Jepang yang nggak tahu apa itu indigo tapi baru ‘ngeh’ di saat saya menyebut istilah empath. Jadi, bahasa memang ada kaitannya dengan budaya. Beda budaya, apalagi beda negara, ya beda juga definisi suatu istilah.

Salah satu komentar yang menurut saya tepat dari salah seorang netizen di Instagram yang saya temukan.

Dari sumber yang lain, sebenarnya ada lagi perbedaan pemahaman (atau bisa dibilang “kesalahkaprahan”) konsep indigo dengan empath di Indonesia dan di luar negeri sana. Di Indonesia, kebanyakan orang menganggap indigo “hanyalah” seseorang dengan kemampuan supranatural tanpa disertai oleh kepribadian yang menjadi ciri khas mereka (sudah saya jelaskan juga ciri-ciri dan kepribadian seorang indigo di sini). Sedangkan di mancanegara (terlebih di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa), indigo lebih mendefinisikan tentang kepribadian seseorang yang biasanya lebih matang daripada usia aslinya (yang sering disebut dengan istilah old soul), mempunyai misi hidup di dunia ini, dan memiliki pandangan yang jelas mengenai Ketuhanan, humanisme, dan hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas. Kemampuan supranatural mereka hanyalah sebatas “pemanis”: ada yang memilikinya, dan ada juga yang nggak memilikinya sama sekali. Ada yang over-developed alias udah memiliki bakat supranatural sejak lahir, dan ada pula yang under-developed alias bakat supranaturalnya baru muncul di usia-usia tertentu, atau malah bahkan tidak muncul sama sekali. Empath merupakan salah satu dari sekian kemampuan supranatural yang dimiliki oleh seorang indigo, di samping kemampuan clairvoyance, clairsentience, dan lain sebagainya.

Jadi, secara sederhana bisa kita simpulkan:
Indigo itu kepribadiannya.
Empath itu kemampuannya.

Karena sekali lagi, warna aura seseorang itu lebih mendefinisikan kepribadian seseorang daripada kemampuan apa yang dimilikinya. Tidak hanya indigo, seseorang dengan warna aura merah, biru, atau kuning pun juga memiliki ciri-ciri dan karakternya masing-masing.

Masih bingung membedakan antara empath atau indigo setelah ini? Saya harap dari penjelasan dan opini yang sudah saya jabarkan di atas setidaknya bisa membantu dalam memahami dan membedakan keduanya. Sebenarnya toh kedua istilah tersebut juga hanyalah label yang disematkan orang lain kepada mereka, karena yang terpenting adalah apa yang seseorang lakukan terhadap sesama, bukan label maupun gelar yang ada pada diri seseorang. Seperti yang dikutip dari kutipan berikut ini:

“It’s not who I am underneath, but what I do that defines me.”

Batman

Sambat kepada ‘senior’ hehe. 😁

Intermezzo saja, menjadi seorang yang dilabeli indigo memang tidaklah mudah, sebab adanya misi yang harus diemban terlebih lagi berkaitan dengan urusan humanisme dan spiritualitas. Ada banyak tantangan di sana-sini dan tentu aja hal tersebut nggak akan menggoyahkan tekad untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Tapi ada kalanya rasa lelah itu ada dan mau nggak mau sambat adalah jalan termudah untuk menghilangkan rasa lelah itu dengan cepat, tentunya diikuti dengan doa setelahnya. Ini juga menunjukkan bahwa indigo sebenarnya juga masih manusia biasa. 😅

Yah… hanya begitu saja kok. Saya juga nggak meminta untuk dilahirkan begini, namun kewajiban tetaplah kewajiban. 😊

Tinggalkan komentar